@thesis{thesis, author={KEYTIMU Thomas Kornelis}, title ={Belis Dalam Perkawinan Adat Masyarakat Desa Pogon Dan Pengaruhnya Bagi Kehidupan Keluarga}, year={2023}, url={http://repository.iftkledalero.ac.id/1490/}, abstract={Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui belis dalam perkawinan adat dan pengaruh-pengaruhnya bagi kehidupan keluarga. Belis merupakan salah satu tradisi perkawinan adat yang masih dihidupi oleh masyarakat hingga saat ini. Belis mempunyai peran sentral dalam perkawinan adat. Belis dan perkawinan mempunyai hubungan yang erat. Belis bertujuan untuk mensahkan perkawinan dan hubungan seksual, sedangkan perkawinan membuka jalan terjadinya belis. Menurut masyarakat desa Pogon, alasan yang menjadi dasar terjadinya belis dalam perkawinan adalah penghargaan dan penghormatan terhadap martabat manusia khususnya kaum perempuan. Metode penulisan yang dipakai oleh penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini adalah kualitatif-deskriptif. Penulis melakukan wawancara langsung dengan beberapa tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan dan tokoh agama yang berasal dari masyarakat desa Pogon sebagai sumber primer. Penulis juga mencari literatur atau sumber sekunder yang berhubungan dengan adat belis dan pengaruhnya bagi kehidupan keluarga sebagai sumber pendukung dari sumber primer. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menemukan bahwa belis dalam perkawinan adat bukan hanya bertujuan mengesahkan sebuah perkawinan melainkan juga menjaga agar perkawinan tersebut tetap langgeng. Ada sanksi adat yang akan dikenakan bagi mereka yang hendak menceraikan pasangannya yaitu mengembalikan belis sebanyak dua kali lipat dari pemberian sebelumnya. Adanya belis sebenarnya mau menunjukkan bahwa martabat manusia khususnya kaum perempuan harus dihargai oleh setiap orang. Belis juga merupakan bentuk ungkapan terima kasih kepada orangtua dari mempelai perempuan yang telah membesarkan anaknya. Belis juga bisa menumbuhkan semangat gotong royong dalam masyarakat. Selain itu, belis juga bisa menyebabkan kekerasan terhadap perempuan. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman yang benar dari masyarakat tentang tujuan dan nilai belis dalam perkawinan. Perasaan malu, gengsi dan usaha untuk menjaga prestise diri dan keluarga yang kerap kali tidak diimbangi faktor ekonomi pada saat pemberian belis menimbulkan hutang piutang. Sebagai akibat lanjutan dari masalah hutang piutang adalah kehidupan keluarga menjadi tidak harmonis dan menghambat proses pendidikan. Selain itu, tuntutan belis terlalu tinggi mengakibatkan pasangan suami istri yang bersangkutan mengalami kesulitan untuk menerima sakramen perkawinan dalam Gereja.} }