@thesis{thesis, author={TANDANG Fransiskus Arifmunandar}, title ={The New Forms of Control: Membaca Masyarakat Teknologis dan Dialektika Kapitalisme Abad 21 (Studi Kritis Pemikiran Herbert Marcuse)}, year={2023}, url={http://repository.iftkledalero.ac.id/1529/}, abstract={Karya ilmiah ini bertujuan untuk (1) mengulas tentang bentuk-bentuk baru pengontrolan (the new forms of control) dalam (terhadap) masyarakat teknologis seturut pandangan Herbert Marcuse; (2) mendeskripsikan pandangan Herbert Marcuse tentang realitas masyarakat teknologis; (3) mendiskursuskan dinamika perkembangan kapitalisme mulai dari kapitalisme klasik hingga kapitalisme kontemporer (kapitalisme abad ke-21) dalam terang pemikiran Herbert Marcuse; (4) menyajikan kritik terhadap pandangan Herbert Marcuse tentang the new forms of control. Metode yang dipakai penulis dalam karya ini ialah metode kualitatif deskriptif analitis. Adapun objek yang dikaji penulis ialah bentuk-bentuk baru pengontrolan (the new forms of control) menurut pandangan Herbert Marcuse dalam masyarakat teknologis dan sistem kapitalisme abad ke-21. Sumber utama yang menjadi acuan penulis dalam merangkum karya ini adalah buku Herbert Marcuse One-Dimensional Man dan Eros and Civilization serta artikel ?From Ontology to Technology?. Selain itu, penulis juga menggunakan sumber-sumber lain berupa buku, artikel, atau seri kuliah online yang bertautan dengan topik karya ini. Tesis dasar Herbert Marcuse dalam karya-karyanya ialah bahwa di bawah logika kapitalisme, teknologi menciptakan bentuk-bentuk baru penindasan dan pengontrolan terhadap masyarakat (individu-individu). Bentuk-bentuk penindasan dan pengontrolan itu tampak lebih subtil, halus, dan bahkan harmonis. Dengan mode baru itu, sistem kapitalisme akan tetap langgeng dan reseptif di kalangan masyarakat teknologis. Menjawabi realitas pengontrolan ini, Herbert Marcuse menawarkan jalan keluar melalui revolusi. Revolusi, oleh golongan orang yang peka dan sadar akan penindasan dan pengontrolan, dibuat untuk merombak sistem. Selain itu, pengaktifan nalar kritis ialah jalan keluar yang tidak boleh disepelekan. Teknologi dan varian-variannya dalam hukum kapitalisme, demikian Marcuse, tampil untuk menindas dan mengontrol individu hingga kebebasannya menjadi hilang. Namun, pengaktifan nalar kritis merupakan strategi yang sekurang-kurangnya dapat membantu individu keluar dari jeratan teknologi. Lebih dari itu, bagi Marcuse, kapitalisme yang mendesain pola kerja teknis-algoritmis ini mesti dinegasi dan dilampaui agar individu dapat menikmati dunia yang diatur dengan prinsip yang meletakkan kemanusiaan di atas segala-galanya.} }