Abstract :
Dunia pendidikan di Indonesia mengalami transformasi besar selama era globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat. Salah satu contohnya adalah Kurikulum Merdeka, yang dirancang untuk memberikan kebebasan kepada sekolah dan guru untuk mengembangkan proses pembelajaran yang lebih kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Namun, implementasi Kurikulum Merdeka menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya adalah perbedaan budaya yang ada di antara peserta didik Indonesia, yang membuatnya lebih sulit untuk diterima. Sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka, guru dituntut untuk memiliki kompetensi budaya yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan cultural compentence guru dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka di sekolah dasar. Cultural compentence guru meliputi pemahaman, sikap, dan keterampilan guru dalam mengakui, menghargai, dan mengintegrasikan perbedaan budaya peserta didik ke dalam praktik pengajaran sehari-hari.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskripstif, dengan subjek yaitu Guru Kelas I, dan Guru Kelas IV SD Negeri Giwangan,Guru Kelas I, dan Guru Kelas IV SD Negeri Ngupasan, Guru Kelas I, dan Guru Kelas IV SD Negeri Kraton, Guru Kelas I, dan Guru Kelas IV SD Negeri Pandeyan, Guru Kelas I, dan Guru Kelas IV SD Muh Kauman. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan yang digunakan meliputi triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Analisis data menggunakan metode Miles and Huberman yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cultural compentence guru di sekolah dasar negeri ataupun swasta di Kota Yogyakarta terdapat guru mengakui dan menghormati keragaman budaya,agama,ras,dan latar belakang peserta didik, mendorong diskusi terbuka yang sehat mengenai isu-isu perbedaan dan toleransi,menciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk bekerja dalam kelompok yang beragam, menggunakan bahasa yang sopan dan menghormati dalam komunikasi dengan peserta didik, rekan kerja, dan orang tua, mengintregasikan nilai-nilai saling menghargai dalam materi pelajaran dan kegiatan kelas, memperlakukan semua peserta didik dengan adil tanpa favoritisme, menggunakan bahasa yang inklusif dan tidak deskriminatif dalam komunikasi dengan peserta didik, mengikuti, pelatihan dan workshop tentang tanggap budaya dan pendidikan multikultural.