DETAIL DOCUMENT
Syarah hadis larangan meminta jabatan studi komparasi antara Syarḥ Riyāḍ Al Ṣālihīn Karya Syekh Al-`Uṡaimīn dan Bahjah Al- Nāẓirīn Karya Syekh Al-Hilāli
Total View This Week0
Institusion
Universitas Ahmad Dahlan
Author
Amiruddin Priyatmaja, Ahmad
Subject
BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc 
Datestamp
2025-02-14 02:32:00 
Abstract :
Meminta jabatan dengan mengajukan diri sebagai kontestan pada ajang perpolitikan memang sudah menjadi etika politik yang lumrah terjadi di mana saja, tak terkecuali di Indonesia. Namun, kualitas para peserta kontestasi politik dewasa ini yang tidak memenuhi kualifikasi seorang pemimpin yang baik dalam pemerintahan seperti disiplin, mengutamakan skala prioritas, percaya diri, berinovasi penciptaan hal baru dengan efektif, dan berpengaruh bagi sekitarnya akan membuat problematika dewasa ini kian runyam dan sukar terpecahkan. Maka, pembahasan perihal perilaku meminta jabatan yang sudah terlanjur mengakar di era kontemporer ini menyisakan sebuah kegelisahan yang harus dihadapi Syekh al-`U?aim?n dan Syekh al-Hil?li sebagai seorang ulama kontemporer. Kegelisahan itu berupa bagaimana syarah hadis seorang Syekh al-`U?aim?n dalam Syar? Riy?? al-??lih?n dan syarah hadis seorang Syekh al-Hil?li dalam kitab Bahjah al-N??ir?n dalam menyikapi perilaku meminta jabatan dan bagaimana hasil serta relevansi syarah hadisnya di era kontemporer. Demi, menjawab kegelisahan itu, penulis memformulasikan studi komparasi (perbandingan) kedua kitab syarah (Kitab Syar? Riy?? al-??li??n Min Kal?mi Sayyid al-Mursal?n karangan Syekh Mu?ammad bin ??li? al-`U?aim?n dan Kitab Bahjah al-N??ir?n Syar? Riy?? al-??li??n karangan Syekh Sal?m bin `Ied al-Hil?li) di atas sebagai objek formalnya dan hadis larangan meminta jabatan sebagai objek materialnya. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Dari penelitian yang telah dilakukan, maka hadirlah metode, pendekatan, corak, persamaan-perbedaan, dan kualitas syarah baik dari sisi kitab hingga syarah hadisnya. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa jabatan merupakan kepemimpinan yang menyangkut orang banyak dan terdapat maslahat yang harus dijaga di dalamnya. Baik Syekh al-`U?aim?n dan Syekh al-Hil?li sepakat bahwa orang yang menyerahkan dan diserahkan ?jabatan? merupakan orang yang jujur, adil, dan dapat dipercaya. Kemudian, perihal redaksi ?ambisi terhadapnya (jabatan)? kedua syekh sepakat melarang siapapun untuk bersikap demikian di saat menginginkan sebuah jabatan. Selain bermaknakan tamak dan menaruh perhatian lebih terhadapnya, ?ambisi? juga mengandung banyak mudharat yang membahayakan kemaslahatan umat. 
Institution Info

Universitas Ahmad Dahlan