Abstract :
Skripsi ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menganalisis secara
kritis konsep transendensi feminin Simone de Beauvoir, (2) menjelaskan realitas
kekerasan terhadap perempuan di Indonesia dan (3) untuk menganalisis sejauh
mana konsep transendensi feminin dapat berkontribusi bagi gerakan emansipasi
perempuan di Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian
kepustakaan. Penulis membaca buku-buku Simone de Beauvoir dan buku-buku
sumber sekunder yang berkaitan dengan tema skripsi ini. Simone de Beauvoir
adalah salah satu filsuf dan feminis yang mengatakan bahwa menjadi perempuan
adalah serangkaian tindakan yang bertujuan, sesuatu yang diperoleh melalui
keterampilan secara bertahap, sebuah ?proyek? untuk mengukuhkan perilaku dan
tubuh sesuai dengan asumsi yang ditetapkan secara budaya. Peradaban sebagai
satu kesatuan di tengah-tengah kompleksitas kejantanan dan impotensi yang
mengonstruksi makhluk bernama perempuan. Karena hal tersebut, perempuan
dipahami sebagai Liyan. Sedangkan, laki-laki adalah sang Diri sehingga dia
memiliki kebebasan untuk menentukan makna eksistensinya sendiri. Ke-Liyanan
perempuan itu berimplikasi pada pemahaman masyarakat yang hanya memandang
perempuan sebagai pribadi yang inferior. Lebih lanjut lagi, de Beauvoir
mengatakan bahwa perempuan mengalami represi melalui ke-Liyanannya.
Berhadapan dengan situasi represi akibat ke-Liyanan tersebut, de Beauvoir
memproposalkan tesis transendensi feminin. Menurutnya, keinginan perempuan
untuk keluar dari situasi ketidakadilan itu dapat dilakukan dengan cara
mentransendensikan definisi, label dan esensi yang menghalanginya. Dengan itu,
perempuan menjadi Diri sama seperti laki-laki dan memiliki kebebasan untuk
menjadikan dirinya sesuai dengan keinginannya.
Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan ini, perempuan cenderung
mengalami kekerasan dalam masyarakat yang berbudaya patriarki. Kekerasan itu
berakibat pada penderitaan perempuan. Melalui situasi ini, perempuan menjadi
sadar dan mulai berjuang untuk mengakhiri penderitaan yang dialaminya.
Perempuan melakukan protes etis terhadap kemapanan budaya patriarki. Hal ini
menjadi cikal bakal munculnya gerakan feminisme. Gerakan feminisme bertujuan
untuk memperjuangkan emansipasi perempuan. Melalui emansipasi, perempuan
mendapatkan pengakuan, kesetaraan dan kesempatan yang sama seperti laki-laki
untuk mengakses pelbagai peluang di ranah publik.