DETAIL DOCUMENT
Menyelisik Ngadhu Dan Nambe Dalam Kebudayaan Masyarakat Wangka
Total View This Week0
Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
LADO, Agustinus
Subject
306 Kultur, ilmu budaya, kebudayaan dan lembaga-lembaga, institusi 
Datestamp
2024-05-07 00:43:06 
Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan, sejarah, makna dan manfaat Ngadhu dan Nambe dalam peradaban masyarakat Wangka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penulis memfokuskan penelitian terhadap keberadaan Ngadhu dan Nambe dalam budaya masyarakat Wangka. Penelitian ini dibuat di Desa Wangka Raya yang merupakan pusat sejarah Ngadhu dan Nambe. Sumber data dalam tulisan ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan wawancara dengan tokoh-tokoh adat yang memiliki wawasan tentang budaya Ngadhu dan Nambe di Wangka. Selain sumber primer, sumber data tambahan atau sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari naskahnaskah yang berbicara tentang tema karya tulis ini. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: pertama, Ngadhu menyerupai tiang persembahan yang terbuat dari sebuah kayu berukuran besar. Tiang ini dipakai sebagai bahan persembahan karena diyakini dalam kayu itu hadir para leluhur yang diangkat menjadi ketua dan pemimpin dalam kelompok masyarakat Wangka. Nambe adalah batu besar berbentuk pipih. Nambe digunakan sebagai tempat duduk para kepala suku bersama tokoh-tokoh adat untuk merunding waktu mulainya pelaksanaan upacara adat dan sebagai tempat persembahan. Kedua, kata Ngadhu berasal dari nama salah satu suku yang ada di Bajawa, yaitu suku Ngadha. Dalam suku Ngadha, ada sebuah mitos terkait asal muasal Ngadhu yang masuk wilayah Ngada. Dikisahkan bahwa seorang leluhur pria bernama Seka pergi ke Cina untuk mencari seorang istri, yang kemudian dibawanya pulang. Istrinya dikenal sebagai Ine Sina. Bersama dengan istrinya dibawa juga jenis pohon Hebu, yang kemudian ditaburkan di daerah-daerah panas. Batang-batang pohon ini kemudian menjadi tiang persembahan. Nambe digunakan sebagai penutup kubur dari leluhur yang dikuburkan di wilayah Ngada. Dalam perjalanan waktu, batu tersebut lalu digunakan sebagai tempat duduk tetua adat dan sekaligus sebagai tempat persembahan. Ketiga, alasan hilangnya Ngadhu dan Nambe disebabkan oleh proses modernisasi, adanya pertentangan antara budaya lokal dengan kehadiran misi Gereja, serta tidak adanya regenerasi yang dilakukan oleh para tetua adat sebelumnya. Keempat, Ngadhu dan Nambe dalam wilayah suku Wangka memiliki makna religius, sosio-kultural, dan edukatif. Adapun manfaat yang dapat dipetik dengan mengangkat kembali budaya Ngadhu dan Nambe antara lain: memulihkan hubungan yang kurang harmonis antara manusia dengan para leluhur, menyulut semangat generasi muda Wangka untuk kembali mencintai dan mempelajari budaya suku Wangka, serta sebagai ajang untuk mempromosikan budaya kepada masyarakat luas bahwa Wangka memiliki khazanah budaya tersendiri. 
Institution Info

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO