Abstract :
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menampilkan profil waria kota Larantuka, (2)
menjelaskan persoalan pemahaman pada kaum waria di kota Larantuka (3) menjelaskan tentang
Martabat Manusia dalam pandangan Ajaran Sosial Gereja dan Konstitusi Patoral: Gaudium et Spes
(4) menjelaskan pengaruh Konstitusi Pastoral: Gaudium et Spes terhadap pemahaman masyarakat
akan martabat kaum waria dalam kehidupan bersama di kota larantuka.
Jenis riset ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif.
Objek yang diteliti adalah pemahaman masyarakat terhadap martabat pribadi kaum waria di kota
Larantuka dalam terang Konstitusi Pastoral: Gaudium et Spes tentang martabat pribadi manusia.
Wujud data dalam penelitian ini berupa narasi kisah hidup kaum waria yang dilengkapi dengan
angka hasil pengolahan kuesioner, kata, frasa, dan kalimat yang terdapat dalam dokumen-dokumen
Ajaran Sosial Gereja, dan Konstitusi Pastoral: Gaudium et Spes. Sumber data utama
penelitian ini adalah narasi kisah kaum waria, dokumen ASG, dan Konstitusi Pastoral: Gaudium
et Spes. Sumber data sekunder diperoleh dari kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu,
khususnya penelitian terhadap kaum waria berkaitan dengan martabat manusia.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik interaktif melalui wawancara
mendalam dan teknik non interaktif melalui studi dokumen dan kuesioner. Langkah-langkah yang
dipakai dalam penelitian ini meliputi pertama, membuat studi kepustakaan yang berkaitan dengan
tema penelitian. Kedua, melakukan observasi partisipatoris untuk mengetahui secara lebih dekat
tentang kehidupan kaum waria di kota Larantuka. Ketiga, membuat wawancara mendalam dan
mengumpulkan data kuesioner. Keempat, mencatat dan menganalisis semua data yang telah
dikumpulkan.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan beberapa poin berikut. 1) Terdapat beberapa
kenyataan yang menggembirakan dalam kaitannya dengan kehidupan kaum waria di kota
Larantuka, meliputi terbukanya peluang pengembangan ekonomi kreatif, partisipatif dalam
kegiatan menggereja, dan terciptanya solidaritas inklusif antar sesama waria. 2) Adanya
pemahaman yang masih harus diperjuangkan terus, yakni upaya menembus jeruji prasangka,
eksklusi, diskriminasi, dan kekerasan terhadap waria, khususnya pertanyaan atas pandangan
martabat mereka sebagai manusia. 3) Konstitusi Pastoral: Gaudium Et Spes sangat relevan demi
pengejawantahan pemahaman terhadap martabat pribadi kaum waria. Sebab di dalamnya,
diajarkan mengenai martabat pribadi manusia yang harus dihargai dan dihormati tanpa
memandang perbedaan. Selain itu, konstitusi ini mendorong aksi inklusi dengan memandang
sesama manusia sebagai saudara di dalam Allah. Menyadari urgensi penghargaan martabat pribadi
manusia dalam Gaudium et Spes, membaca realitas keberadaan dan kehidupan waria merupakan
langkah progresif dalam melakukan tindakan kasih terhadap sesama manusia.