DETAIL DOCUMENT
Mengurai Konsep Perdamaian dalam Ritus Thel Keta Atounemeto Dalam Perbandingan Dengan dengan Perayaan Sakramen Tobat
Total View This Week0
Institusion
INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
Author
TEME, Belarmino Yogianto
Subject
265 Sakramen dan ritual lain dalam Kristen 
Datestamp
2023-07-11 04:49:39 
Abstract :
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk (1) menjelaskan tentang bagaimana perdamaian ditinjau dari ritus thel keta dan perayaan sakramen tobat (2) menjelaskan tentang makna ritus thel keta, (3) menjelaskan tentang makna perayaan sakramen tobat (4) melihat apa perbedaan dan persamaan dari kedua upacara, (5) menampilkan hubungan keterkaitan antara perayaan sakramen tobat dan ritus thel keta, dan (6) melihat nilai universal dari ritus thel keta. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Aspek sosialitas menuntut manusia agar dalam seluruh keberlangsungannya selalu berhubungan dengan yang lain. Tidak bisa disangkal bahwa dalam proses keberlangsungan itu, manusia melakukan tindakan tidak terpuji. Tindakan tidak terpuji yang dilakukan bisa menyebabkan terjadinya konflik. Konflik apapun bentuknya dapat menyebabkan perubahan. Entah itu perubahan ke arah yang baik maupun sebaliknya. Tindakan tidak terpuji menjadi bagian dari potensialitas manusia. Dalam terminologi agama disebut dosa. Sedangkan masyarakat etnis Dawan menyebutnya sanat (kesalahan). Manusia bersalah dan berdosa. Kesalahan apapun bentuknya dapat menimbulkan pemisahan. Ketika adanya pemisahan, maka dengan sendirinya perdamaian pun menjadi hilang. Inilah konsekuensi kebebasan dan dari padanya dituntut tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab atas salah dan dosa yang telah diperbuat. Atas dasar itulah dilakukannya rekonsiliasi. Rekonsiliasi menjadi jawaban atas segala kerinduan manusia untuk melakukan pemulihan dan penyesuaian guna mencapai perdamaian. Masyarakat etnis Dawan menyebut upacara rekonsiliasi itu dengan nama thel keta. Sedangkan Gereja Katolik menyebutnya dengan nama perayaan sakramen tobat. Ritus thel keta mengupayakan suatu bentuk pemulihan atas segala kesalahan masa lalu yang dilakukan para leluhur. Kesalahan di masa lalu membuat hubungan antara manusia dan sesamanya menjadi putus. Pemutusan hubungan itu mempertegas akan ketiadaan perdamaian. Rekonsiliasi dalam ritus ini ditampilkan melalui keralaan hati untuk bertemu dan bersatu bersama yang lain. Sedangkan perayaan sakramen tobat diupayakan untuk memulihkan hubungan antara manusia dan Allah. Allah dan manusia terpisah akibat dosa. Dosa pada hakikatnya merusak dan memisahkan. Akibat dosa, tidak hanya hubungan antara Allah dan manusia yang rusak melainkan hubungan antara manusia dan diri sendiri, sesama serta alam ciptaan pun sama. Rekonsiliasi dalam sakramen tobat diungkapkan melalui pertobatan sejati. Kedua upacara rekonsiliasi ini mengafirmasi pentingnya perdamaian. Perdamaian menjadi alasan mengapa kedua upacara rekonsiliasi dilakukan dan terus dilestarikan. Meskipun secara bersama-sama mengafirmasi akan pentingnya perdamaian, tidak serta merta dapat dikatakan bahwa kedua upacara ini sama. Sebagai suatu upacara yang muncul dari dua latar belakang berbeda, tentu keduanya memiliki intensi dan penekanannya tersendiri. Intensi dan penekanan itu hendak memberikan penegasan bahwa kedua upacara ini berbeda. Singkatnya kedua upacara rekonsiliasi ini memiliki kesamaan dan perbedaan. 
Institution Info

INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO