Abstract :
Kesenian Raksasa adalah kesenian rakyat yang disajikan dalam
upacara bersih desa sejak tahun 2005. Kesenian Raksasa ada karena
kepercayaan masyarakat Desa Salamrejo mengenai kehadiran Eyang
Genderuwo Senin sebagi danyang penunggu desa. Kesenian ini dipertunjukan
dalam bentuk arak-arakan dan memakai kostum butho. Kedudukan kesenian
Raksasa dalam upacara bersih desa, memiliki arti sebagai sarana
penyempurna dari upacara bersih desa.
Penelitian ini menggunakan landasan teori fungsionalisme imperatif oleh
Talcott Parsons dan Anthony Shay serta teori bentuk oleh Suzzane K Langer.
Penelitian ini bersifat kualitatif menggunakan pendekatan etnokoreologi
dengan metode etnografi tari yang ditulis secara deskriptif analisis.
Pendekatan etnokoreologi ini memandang tari sebagai produk budaya etnik
non barat, maka presentasi data disajikan dengan visual fotografi dan notasi
laban.
Hasil penelitian ini dapat diperoleh gambaran yang berkaitan dengan
bentuk penyajian dan fungsi kesenian Raksasa sehingga masih hidup di
kalangan masyarakat Desa Salamrejo. Kesenian Raksasa terbagi menjadi dua
bagian yaitu 1) ritual pemanggilan roh, dan 2) arak-arakan. Dalam kesenian
ini secara garis besar berisi tentang kegiatan norma-norma yang berlaku
dalam kehidupan bermasyarakat dan kepercayaan yang dapat melindungi
desa dari segala musibah.
Kata Kunci: Raksasa, upacara, bentuk dan fungsi.